Profil Provinsi Bengkulu
Provinsi Bengkulu terletak disebelah Barat pegunungan Bukit Barisan. Luas wilayah Provinsi Bengkulu mencapai lebih kurang 1.991.933 hektar atau 19.919,33 kilometer persegi.Wilayah Provinsi Bengkulu memanjang dari perbatasan Provinsi Sumatera Barat sampai ke perbatasan Provinsi Lampung dan jaraknya lebih kurang 567 kilometer.
Secara astronomis, Provinsi Bengkulu terletak di antara 2° 16’ LU dan 3° 31’ LS dan antara 101° 01\' - 03° 41’ BT. Sementara jika ditinjau dari posisi geografisnya, Provinsi Bengkulu di sebelah utara berbatasan dengan Provinsi Sumatera Barat, di sebelah selatan berbatasan dengan Samudera Indonesia dan Provinsi Lampung, disebelah barat berbatasan dengan Samudera Indonesia dan di sebelah timur berbatasan dengan Provinsi Jambi dan Provinsi Sumatera Selatan.
Provinsi Bengkulu berbatasan langsung dengan Samudera Indonesia pada garis pantai sepanjang lebih kurang 525 kilometer. Bagian timurnya berbukit?bukit dengan dataran tinggi yang subur, sedangkan bagian barat merupakan dataran rendah yang relatifsempit, memanjang dari utara ke selatan diselingi daerah yang bergelombang.
Musim yang terjadi di Provinsi Bengkulu sebagaimana wilayah lainnya di Indonesia dikenal dua musim, yaitu musim hujan (Desember - Maret) dan musim kemarau (Juni - September) sementara pada bulan April - Mei dan Oktober - November merupakan masa peralihan /pancaroba.
1.1. Geografi
Tabel 1.1.1 Keadaan Geografis dan Batas Administrasi Wilayah Provinsi Bengkulu.
Keadaan Geografis
Provinsi Bengkulu secara geografis terletak antara 2° 16’ LU dan 3° 31’ Lintang Selatan dan antara 101° 01\' - 03° 41’ Bujur Timur. Provinsi ini dibatasi :
Sebelah utara : Sumatera Barat
Sebelah timur : Jambi dan Sumatera Selatan
Sebelah Barat : Samudera Indonesia
Sebelah selatan : Samudera Indonesia dan Lampung
Luas Wilayah Provinsi Bengkulu adalah 19.919,33 km², secara administrasi Pemerintahan Provinsi Bengkulu terbagi menjadi 9 kabupaten dan 1 kota, yang terdiri dari 124 kecamatan.
1.2 Sejarah Bengkulu
- Islam masuk ke Bengkulu pada abad XV (dari jawa). Perang Bengkulu-Aceh terjadi dua kali pada abad XVI dan XVII. Kesultanan-kesultanan di Bengkulu ketika itu: Selebar, Sungai Limau, dan Anak Sungai. Armada Aceh membuka serangan ke Selebar.
- Kapal induk Aceh menunggu di laut bersama induk pasukan, sedangkan kapal-kapal yang lebih kecil memasuki Sungai Serut. Pihak Selebar mampu menahan serangan itu karena menutup Sungai Serut dengan rintangan sehingga kapal induk Aceh tidak mampu memberi bantuan pada pasukannya yang lebih dahulu masuk.
- Zaman prasejarah Bengkulu sudah dihuni manusia. Para pendatang dari Asia berbaur dengan manusia purba sekitar 4000 – 2000 SM. Sebagian masuk ke pedalaman, sementara yang lain menghuni daerah pantai. Ini merupakan cikal bakal suku bangsa Neo-Malayan. Bagian suku bangsa itu antara lain : suku Rejang (Rejang Lebong dan Bengkulu Selatan), Serawai / Pasemah (Bengkulu Selatan), Kaur (Bintuhan), Lembak di Kota Bengkulu dan sekitar Kepala Curup). Bengkulu (Kota Bengkulu) dan suku Katahun (Muko-muko).
Tonggak sejarah Bengkulu
- 1664 – VOC mendirikan perwakilan di Bengkulu, namun enam tahun kemudian Belanda menutup sementara kantornya dan dibuka kembali tahun 1824.
- 24 Juni 1685 Inggris masuk ke Bengkulu, namun mereka mendarat di Pulau Tikus ( 1 km dari kota pusat kota Bengkulu) dan disambut oleh agen niaganya. Mereka tidak masuk ke pelabuhan Selebar (daerah Pulau Baai) karena kapal Sultan Banten dan kapal Belanda sedang bersandar di sana.
- 16 Agustus 1695 Perjanjian Inggris – Bengkulu ditandatangani. Isinya monopoli lada, izin membangun loji, dan mengadili penduduk yang berbuat salah. Inggris terus memperluas wilayahnya sampai ke Muko-muko.
- 1692 Inggris mendirikan pos di Triamang, Lais, Ketahun, Ipuh, Bantal, Seblat (1700), selanjutnya Pada tahun 1701 mereka memperluas daerah ke arah Seluma, Manna, Kaur, dan Krui. 1718 Inggris membangun benteng Marlborough, sebelumnya sudah didirikan benteng York. Rakyat Bengkulu merupakan ancaman bagi Inggris. Di Bantal, Muko-muko, pemberontakan rakyat dipimpin Sultan Mansyur dan Sultan Sulaiman. Itu sebabnya Inggris merasa perlu membangun benteng tersebut. Pemberontakan itu (1719) membuat Inggris kawatir dan akhirnya meninggalkan Bengkulu. 1724 Inggris kembali lagi. Dengan perjanjian yang lebih lunak yang di tanda tangani pada 17 April 1724
- 15 Desember 1793 Captain Hamilton, pimpinan Angkatan Laut Inggris dibunuh rakyat Bengkulu. Dan pada 1807 rakyat Bengkulu kembali membunuh Residen Thomas Parr.
- 17 Maret 1824 Traktaat London (Perjanjian London) yang berisikan pertukaran daerah koloni antara Inggris dan Belanda. Tercantum, Bengkulu diserahkan kepada Belanda oleh Inggris dan Belanda menyerahkan Singapura kepada Inggris..23 Februari 1942 Jepang masuk kota Curup dan terus ke kota Bengkulu.
1.3 Sejarah Pemerintahan
Berdasarkan sejarahnya, daerah Bengkulu
pernah berada di bawah kekuasaan kolonial Inggris, Belanda, dan Jepang
(dari tahun 1685 sampai tahun 1945). Secara resmi, setelah Indonesia
merdeka, Keresidenan Bengkulu dibentuk oleh Pemerintah Republik
Indonesia pada tanggal 12 Oktober 1945.
Pada masa kolonial Belanda sampai tahun
1942, Keresidenan Bengkulu terdiri dari daerah-daerah yang saat ini
merupakan bagian dari Provinsi Bengkulu ditambah dengan daerah-daerah
Krui, Tanjung Sakti, dan Muara Sindang. Akan tetapi, pada masa
pendudukan Jepang dan pada masa Revolusi fisik, daerah-daerah Krui,
Tanjung Sakti, dan Muara Sindang tersebut dimasukkan kedalam Keresidenan
Palembang dan Lampung. Perkembangan administrasi di bengkulu secara
ringkas adalah sebagai berikut,
- Tahun 1878-1945, daerah Bengkulu merupakan daerah administrasi Keresidenan
- Tahun 1945-1947, daerah Bengkulu merupakan daerah administrasi dengan hak mengatur rumahtangga sendiri dan pada waktu itu terdapat pula sistem K.N.I. Keresidenan.
- Tahun 1947-1950, daerah Bengkulu merupakan daerah administrasi dengan hak mengatur rumahtangga sendiri dan pada waktu itu K.N.I. Keresidenan menjadi DPR Keresidenan.
- Tahun 1950-1968, daerah Bengkulu merupakan daerah administrasi lagi, sedangkan DPR Keresidenan dibubarkan.
- Tahun 1968- … , daerah Bengkulu menjadi provinsi otonom yang berdiri sendiri dan dikepalai oleh seorang Gubernur
Provinsi Bengkulu terbentuk berdasarkan
UU No. 9 tahun 1967 yang direalisasikan dengan Peraturan Pemerintah No.
20 Tahun 1968. Perjalanan sejarah Bengkulu menjadi sebuah provinsi yang
otonom dapat dibagi menjadi tujuh periode. Periode I, sebelum tahun
1685, di bawah pengaruh atau mengadakan kontak dagang dengan Kesultanan
Banten. Periode II, tahun 1685-1824, di bawah kekuasaan pemerintahan
Inggris sebagai daerah jajahan. Periode III, tahun 1824-1942, di bawah
kekuasaan Pemerintah Kolonial Belanda sebagai daerah jajahan. Periode
IV, tahun 1942-1945, di bawah kekuasaan Jepang. Periode V, tahun
1945-1946, menjadi bagian dari Provinsi Sumatera. Periode VI, tahun
1946-1968, menjadi bagian wilayah Provinsi Sumatera Selatan. Periode
VII, melepaskan diri dari Provinsi Sumatera Selatan dan menjadi Provinsi
Bengkulu.
Wilayah Provinsi Bengkulu yang dibentuk
berdasarkan UU No. 9 tahun 1967 tersebut meliputi wilayah bekas
Keresidenan Bengkulu dengan luas wilayahnya 19.813 km2, terdiri dari
empat Daerah Tingkat II, yaitu Kotamadya Bengkulu yang terdiri dari dua
kecamatan, Kabupaten Bengkulu Utara (ibukota Argamakmur) yang terdiri
dari 13 kecamatan, Kabupaten Bengkulu Selatan (ibukota Manna) yang
terdiri dari 11 kecamatan, dan Kabupaten Rejang Lebong (ibukota Curup)
yang terdiri dari 10 kecamatan. Wilayah kecamatan yang dipimpin oleh
seorang camat dibagi lagi ke dalam marga dipimpin oleh seorang pasirah
dan pasar yang dipimpin oleh datuk.
Gubernur/Kepala Daerah sebagai kepala pemerintahan yang pernah memimpin propinsi Bengkulu :
1. Ali Amin (1968 – 1974)
2. Abdul Chalik (1974 – 1979)
3. Suprapto (1979 – 1989)
4. H.A Razie Yahya (1989 – 1994)
5. Adjis Achmad (1994 – 1999)
6. A. Djalal Bachtiar (1999)
7. Hasan Zen (1999 – 2004)
8. Seman Widjojo (2004 - 2005)
9. Agusrin M Najamuddin (29 Nopember 2005 – 2011)
10. H. Junaidi Hamsyah (2012 - 2015)
1. Ali Amin (1968 – 1974)
2. Abdul Chalik (1974 – 1979)
3. Suprapto (1979 – 1989)
4. H.A Razie Yahya (1989 – 1994)
5. Adjis Achmad (1994 – 1999)
6. A. Djalal Bachtiar (1999)
7. Hasan Zen (1999 – 2004)
8. Seman Widjojo (2004 - 2005)
9. Agusrin M Najamuddin (29 Nopember 2005 – 2011)
10. H. Junaidi Hamsyah (2012 - 2015)
No comments:
Post a Comment