GAMBARAN SINGKAT
Kabupaten Lebong merupakan salah satu Daerah Tingkat II di Provinsi Bengkulu. Kabupaten Lebong beribukota di Tubei. Kabupaten Lebong dibentuk dari hasil pemekaran Kabupaten Rejang Lebong berdasarkan UU No.39 Tahun 2003, Kabupaten ini terletak di posisi 105?-108? Bujur Timur dan 02?,65’-03?,60’ Lintang Selatan di sepanjang Bukit Barisan serta terklasifikasi sebagai daerah Bukit Range pada ketinggian 500-1.000 dpl dan secara Adminsitratif terdiri dari 115 Desa dan Kelurahan dan 13 Kecamatan dengan Luas wilayah keseluruhan 192.424 Ha dari total luas ini seluas 134.834,55 Ha adalah Kawasan Konservasi dengan peruntukan untuk Kawasan Taman Nasional Kerinci Sebelat 111.035,00 Ha, Hutan Lindung 20.777,40 Ha dan Cagar Alam 3.022,15 Ha. Taman Nasional Kerinci Sebelat (TNKS) yang ditetapkan berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pertanian No 736/Mentan/X/1982 kemudian dipekuat berdasarkan SK Menteri Kehutanan dan Perkebunan No 901/kpts-II/1999 sebagai kawasan konservasi dan di wilayah lain juga di kukuhkan sebagai kawasan Hutan Lindung Rimbo Pengadang Register 42 dan kawasan lindung Boven Lais yang awal pengukuhan kawasan ini ditetapkan sebagai hutan lindung oleh Pemerintahan Kolonial Belanda sekitar tahun 1927 yang dikenal sebagai hutan batas Boszwezen.
Letak Geografis
Kabupaten Lebong terletak pada 1010 sampai dengan 1020 bujur timur dan 02065’ sampai dengan 0306’ lintang selatan. Adapun wilayah Kabupaten Lebong berbatasan langsung dengan Propinsi Jambi disebelah utara, Propinsi Jambi dan Sumatera Selatan disebelah timur, Kabupaten Bengkulu Utara disebelah barat dan Kabupaten Rejang Lebong disebelah selatan.Sejarah Berdirinya Kabupaten Lebong
Kabupaten Lebong secara historis
memiliki sejarah yang cukup panjang dalam catatan sejarah di Indonesia,
catatan sejarah tersebut merupakan saksi bahwa Kabupaten Lebong
memiliki nilai historis yang cukup tinggi, Suku Rejang merupakan satu
komunitas masyarakat di Kabupaten Lebong yang memiliki tata cara dan
adat istiadat yang dipegang teguh sampai sekarang
Selain memegang teguh adapt, budaya Suku
Rejang ini memiliki satu budaya yang unik dari kebiasaan dan tata cara
hidup mereka sehari-hari, dari beberapa catatan sejarah yang membuktikan
keunikan Suku Rejang adalah sebagai berikut :
John Marsden, Residen Inggris di Lais (1775-1779), memberikan ketera-
ngan tentang adanya empat Petulai Rejang, yaitu Joorcalang (Jurukalang), Beremanni (Bermani), Selopo (selupu) dan Toobye (Tubay).
J.L.M Swaab, Kontrolir Belanda di Lais (1910-1915) mengatakan bahwa
jika Lebong di angap sebagai tempat asal usul bangsa Rejang, maka Merigi harus berasal dari Lebong. Karena orang-orang merigi memang berasal dari wilayah Lebong, karena orang-orang Merigi di wilayah Rejang (Marga Merigi
di Rejang) sebagai penghuni berasal dari Lebong, juga adanya larangan men-
ari antara Bujang dan Gadis di waktu Kejai karena mereka berasal dari satu keturunan yaitu Petulai Tubei.
ngan tentang adanya empat Petulai Rejang, yaitu Joorcalang (Jurukalang), Beremanni (Bermani), Selopo (selupu) dan Toobye (Tubay).
J.L.M Swaab, Kontrolir Belanda di Lais (1910-1915) mengatakan bahwa
jika Lebong di angap sebagai tempat asal usul bangsa Rejang, maka Merigi harus berasal dari Lebong. Karena orang-orang merigi memang berasal dari wilayah Lebong, karena orang-orang Merigi di wilayah Rejang (Marga Merigi
di Rejang) sebagai penghuni berasal dari Lebong, juga adanya larangan men-
ari antara Bujang dan Gadis di waktu Kejai karena mereka berasal dari satu keturunan yaitu Petulai Tubei.
Dr. J.W Van Royen dalam laporannya
mengenai “Adat-Federatie in de Residentie’s Bengkoelen en Palembang”
pada pasal bengsa Rejang mengatakan bahwa sebagai kesatuan Rejang yang
paling murni, dimana marga-marga dapat dikatakan didiami hanya oleh
orang-orang dari satu Bang dan harus diakui yaitu Rejang Lebong.
Pada mulanya suku bangsa Rejang dalam
kelompok-kelompok kecil hidup mengembara di daerah Lebong yang luas,
mereka hidup dari hasil-hasil Hutan dan sungai, pada masa ini suku
bangsa Rejang hidup Nomaden (berpindah-pindah) dalam tatanan sejarah
juga pada masa ini disebut dengan Meduro Kelam (Jahiliyah), dimana
masyarakatnya sangat mengantungkan hidupnya dengan sumber daya alam dan
lingkungan yang tersedia.
Barulah pada zaman Ajai mereka mulai hidup menetap terutama di Lembah-lembah di sepanjang sungai Ketahun, pada zaman ini suku bangsa Rejang sudah mengenai budi daya pertanian sederhadan serta pranata sosial dalam mengatur proses ruang pemerintahan adat bagi warga komunitasnya. Menurut riwayat yang tidak tertulis suku bangsa Rejang bersal dari Empat Petulai dan tiap-tiap Petulai di Pimpin oleh seorang Ajai. Ajai ini berasal dari Kata Majai yang mempunyai arti pemimpin suatu kumpulan masyarakat.
Dalam zaman Ajai ini daerah Lebong yang sekarang masih bernama Renah Sekalawi atau Pinang Belapis atau sering juga di sebut sebagai Kutai Belek Tebo. Pada masa Ajai masyarakat yang bekumpul sudah mulai menetap dan merupakan suatu masyarakat yang komunal didalam sisi sosial dan kehidupannya sistem Pemerinatahan komunial ini di sebut dengan Kutai. Keadaan ini ditunjukkan dengan adanya kesepakatan antara masyarakat tersebut terhadap hak kepemilikan secara komunal. Semua ketentuan dan praktek terhadap hak dan kepemilikan segala sesuatu
Barulah pada zaman Ajai mereka mulai hidup menetap terutama di Lembah-lembah di sepanjang sungai Ketahun, pada zaman ini suku bangsa Rejang sudah mengenai budi daya pertanian sederhadan serta pranata sosial dalam mengatur proses ruang pemerintahan adat bagi warga komunitasnya. Menurut riwayat yang tidak tertulis suku bangsa Rejang bersal dari Empat Petulai dan tiap-tiap Petulai di Pimpin oleh seorang Ajai. Ajai ini berasal dari Kata Majai yang mempunyai arti pemimpin suatu kumpulan masyarakat.
Dalam zaman Ajai ini daerah Lebong yang sekarang masih bernama Renah Sekalawi atau Pinang Belapis atau sering juga di sebut sebagai Kutai Belek Tebo. Pada masa Ajai masyarakat yang bekumpul sudah mulai menetap dan merupakan suatu masyarakat yang komunal didalam sisi sosial dan kehidupannya sistem Pemerinatahan komunial ini di sebut dengan Kutai. Keadaan ini ditunjukkan dengan adanya kesepakatan antara masyarakat tersebut terhadap hak kepemilikan secara komunal. Semua ketentuan dan praktek terhadap hak dan kepemilikan segala sesuatu
Dari referensi yang berhasil dihimpun
maka ajai merupakan kelompok masyarakat yang terdiri bari beberapa
kategori ajai, kategori ajai tersebut merupakan satu komunitas yang
hidup di beberapa lokasi atau tempat sebagai berikut :
- Ajai Bintang memimpin sekumpulan manusia yang menetap di Pelabai suatu tempat yang berada di Marga Suku IX Lebong
- Ajai Begelan Mato memimpin sekumpulan manusia yang menetap di Kutai Belek Tebo suatu tempat yang berada di Marga Suku VIII, Lebong
- Ajai Siang memimpin sekumpulan manusai yang menetap di Siang Lekat suatu tempat yang berada di Jurukalang yang sekarang.
- Ajai Malang memimpin sekumpulan manusia yang menetap di Bandar Agung/Atas Tebing yang termasuk kedalam wilayah Marga Suku IX sekarang.
Pada masa pimpinan Ajai inilah datang ke
Renah Sekalawi empat orang Biku/Biksu masyarakat adat Rejang
menyebutnya Bikau yaitu Bikau Sepanjang Jiwo, Bikau Bembo, Bikau
Pejenggo dan Bikau Bermano. Dari beberapa pendapat
menyatakan bahwa para Bikau ini berasal
dari Kerajaan Majapahit namun beberapa tokoh yang ada di Lebong
berpendapat tidak semua Bikau ini bersal dari Majapahit.
Dari perjalan proses Bikau ini merupakan
utusan dari golongan paderi Budha untuk mengembangkan pengaruh
kebesaran Kerajaan Majapahit, dengan cara yang lebih elegan dan dengan
jalan yang lebih arif serta mementingkan kepedulian sosial dan
menjunjung tinggi nilai-nilai luhur budaya lokal
Kota Tua Kapaten Lebong
Sebutan kabupaten Lebong sebagai kota
tua merupakan satu catatan sejarah berdirinya kota Lebong, dilihat dari
struktur dan kondisi kota yang ada di Kabupaten Lebong saat ini terlihat
jelas bahwa kabupaten Lebong merupakan kota tua, seperti adanya
peninggalan penambangan emas dari zaman penjajahan Belanda, dan dari
bentuk arsitektural bangunan di Kabupaten Lebong, selain itu pola tata
ruang kota Lebong menunjukan kota tersebut hasil karya peninggalan
konsep tata ruang bangsa Belanda.
Sejarang mengapa kabupaten Lebong
merupakan kota tua, karena di Kabupaten Lebong ini terdapat sumber daya
alam berupa tambang emas, dan tambang emas tersebut menjadikan
ketertarikan pemerintah Hindia Belanda untuk mendirikan kota di Lebong
tepatnya di daerah Muaraaman.
Beberapa peninggalan tambang emas tua di
Kabupaten Lebong sampai saat ini masih difungsikan dan di ekplorasi
baik secara semi modern atau secara tradisional, namun sayang
bangunan-bangunan sejarah seperti di desa Tambang Sawah tinggal puing
saja yang merupakan saksi bisu bahwa Lebong merupakan kota tua.
Kejayaan Kabupaten Lebong sebagai daerah
yang memiliki potensi alam dan sumber daya mineral sudah dikenal sejak
jaman dahulu, semenjak kolonial Belanda ada di Indonesia, bukti-bukti
kejayaan tersebut sampai sekarang masih terlihat dari sisa -
sisa peninggalan tambang emas tua di Kabupaten Lebong. Beberapa
sisa-sisa peninggalan tambang emas tersebut sampai sekarang masih di
manfaatkan oleh masyarakat, dan diexplorasi oleh pihak swasta dengan
izin dari Pemerintah Kabupaten Lebong, seperti yang terdapat di tambang
emas Lubang Kacamata
Pada masa revolusi, wilayah ini telah
berkontribusi dalam pembangunan Monumen Nasional, atau yang dikenal
dengan nama MONAS di DKI Jakarta, pada puncaknya terdapat emas, dan
menurut sejarah sebagian emas tersebut dari Lebong. Untuk mengenang hal
ini di Lebong terdapat monumen replika MONAS untuk mengingatkan bahwa
emas MONAS yang ada di Jakarta berasal dari Kabupaten Lebong, bukti
tersebut berupa monumen jalan menuju Tambang Emas Lobang Kacamata,
Muaraaman. Tambang Emas tersebut masih diexplorasi sampai sekarang.
Kiranya Kabupaten Lebong sebagai kota
tua yang memiliki aset budaya dan kekayaan alam yang cukup melimpah baik
kekayaan hayati, mineral dan budaya wajib dijaga kelestarian.
No comments:
Post a Comment